Apakah Anda tahu, siapa yang menulis Al-Qur’an yang Anda baca hingga saat ini? Di artikel ini, Anda akan belajar mengenai makna qira’at sabah.
Makna Qira’at Sabah
Pada masa perkembangan agama Islam, lahir sebuah komunitas ahli Al-Qur’an dari kalangan tabi’in. Misalnya Said bin al-Musayyab, Urwah bin Zubair, Umar bin Abdul Aziz, dan sebagainya di Madinah. Atha’, Ubaid bin Umair, dan Thawus di Mekkah. Aswad bin Yazid, al-Qamah, Masruq, dan sebagainya di Kufah. Amir bin Abd Qais, Yahya bin Ya’mur, Nashr bin Ashim, dan sebagainya di Bashrah. Mughirah bin Abi Syihab al-Makhzumi, Khulaid bin Saad, dan sebagainya di Syam.
Pada abad kedua dan ketiga hijriah, ada banyak ulama yang kompeten dalam bidang Al-Qur’an. Selain itu, muncul banyak perbedaan bacaan hingga sulit untuk dibedakan antara bacaan yang shahih dan bacaan yang tidak shahih.
Oleh karena itulah, para ulama akhirnya melakukan penelitian dan menghimpun qira’at yang sesuai dengan penulisan mushaf, mudah dihafalkan, dan bacaannya tepat. Berdasarkan penelitian tersebut, para ulama menetapkan kriteria dalam memilih ulama sebagai berikut.
- Mahsyur kedlabithannya
- Amanah
- Agamis
- Sempurna ilmunya
- Lama berkecimpung dalam dunia pengajaran ilmu qira’at
- Mahsyur ketokohannya
- Adil dan terpercaya
- Bacaan atau qira’atnya sesuai dengan mushaf yang dikirim oleh Sayyidinah Utsman ke seluruh penjuru negara Islam.
Berdasarkan kriteria tersebut, terpilihlah tujuh imam qira’at (al-Qurra’ al-Sab’ah). Bacaan Al-Qur’an dari ketujuh imam tersebut masih dipelajari, dihafalkan, dan diteliti oleh jutaan umat muslim hingga saat ini.
Mengenal 7 Imam Qira’at
Perlu Anda ketahui, ada 7 imam Qira’at Sabah. Siapa saja itu? Berikut ini adalah penjelasannya.
1. Imam Nafi’ bin Abdurrahman
Imam Qira’at yang pertama adalah Abu Ruwaim Nafi’ bin Abdurrahman bin Abi Nu’aim al-Madani. Imam Nafi’ mengambil bacaan Al-Qur’an dari Abu Ja’far al-Qari dan 70 tabi’in.
Imam Nafi’ lahir pada tahun 70 Hijriah. Beliau berasal dari Ashahan yang merupakan salah satu wilayah terkenal di Persia pada kala itu. Beliau menjadi imam qira’at di Madinah. Ia telah mengajar Al-Qur’an disana selama lebih dari 70 tahun. Ada dua perawi yang meriwayatkan qira’ah Imam Nafi’, yaitu Qalun dan Warasy.
2. Ibnu Katsir
Nama lengkap Ibnu Katsir adalah Abu Sa’id ‘Abdullah bin Katsir bin ‘Amr bin Zadzan al-Dariy. Beliau berasal dari Persia dan lahir pada tahun 45 Hijriah.
Ibnu Katsir mempelajari Al-Qur’an kepada Dirbas bin Musa, Mujahid bin Jabr, dan Abdullah bin al-Sa’ib bin Abi al-Sa’ib al-Makhzumi. Beliau menjadi imam penduduk Mekkah dalam membaca Al-Qur’an.
Ada dua perawi termahsyur bacaan Al-Qur’an Ibnu Katsir. Mereka adalah al-Bazzi dan Qunbul.
3. Abu Amr
Nama lengkapnya adalah Zabban bin al-’Ala bin ‘Ammar bin al-’Uryan bin Abdullah bin al-Husein bin al-Harits. Nasab Abu ‘Amr berlanjut hingga ke ‘Adnan yang merupakan nenek moyang Nabi Muhammad SAW. Beliau lahir di Mekkah tetapi tumbuh besar di Bashrah.
Abu Amr belajar mengenai bacaan Al-Qur’an kepada banyak ulama di Mekkah dan Bashrah. Bisa dikatakan bahwa di antara tujuh Imam Qira’at, tidak ada yang memiliki guru qira’ah sebanyak Abu Amr.
Bacaan Al-Qur’an Abu Amr diriwayatkan oleh banyak ulama. Akan tetapi ada dua ulama yang paling mahsyur, yaitu Hafsh al-Duri dan al-Susi. Keduanya meriwayatkan qira’ah Imam Abu Amr melalui perantara al-Yazidi dan Abu Muhammad Yahya.
4. Ibn ‘Amir
Nama lengkpan Ibn ‘Amir adalah Abu ‘Imran Abdullah bin ‘Amir bin Yazid bin Tamim al-Yahshubi. Beliau lahir pada tahun 8 Hijriah. Ketika Rasulullah SAW wafat, beliau berumur 2 tahun.
Ibn ‘Amir kemudian pindah ke Damaskus saat berusia 9 tahun. Oleh karena itulah, beliau termasuk golongan tabi’in.
Bacaan qira’at yang Ibn ‘Amir diriwayatkan oleh murid-muridnya yang tersebar di berbagai wilayah. Namun, perawi yang paling mahsyur yaitu Hisyam dan Ibn Dzakwan.
Imam Ibn ‘Amir belajar bacaan Al-Qur’an kepada Abu al-Darda’ dan al-Mughirah bin Abi Syihab.
5. Imam ‘Ashim bin Abi Al-Najud Al-Kufiy
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar ‘Ashim bin Abi al-Najud bin Bahdalah Mawla Bani Khuzaimah bin Malik bin al-Nadhr. Ibunya bernama Bahadlah, sehingga ia juga disebut ‘Ashim bin Bahadlah.
Beliau belajar bacaan Al-Qur’an kepada Zirr bin Hubaisy dan Abu Abdurrahman Abdullah bin Habib al-Sulami. Nama terakhir yang disinggung mengambil bacaan Al-Qur’an dari lima sahabat Nabi sekaligus, yaitu Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Mas’ud, dan Zaid bin Tsabit.
Imam ‘Ashim dikenal sebagai ulama dengan bacaan Al-Qur’an yang merdu dan fasih. Dua perawi qira’at Imam ‘Ashim yang mahsyur ada dua, yaitu Syu’bah dan Hafsh.
6. Imam Hamzah bin Al-Zayyat
Nama lengkapnya adalah Hamzah bin Habib bin ‘Umarah al-Zayyat Mawla ‘Ikrimah bin Rib’i al-Taimi Abu ‘Umarah al-Kuhfi. Beliau belajar bacaan Al-Qur’an kepada sejumlah tabi’in seperti Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Layla, Manshur, Abi Ishaq, Thalhah bin Musharrif, dan Ja’far al-Shadiq.
Ada dua perawi qira’at Imam Hamzah yang paling mahsyur. Mereka adalah Khalaf dan Khallad.
7. Imam Ali bin Hamzah Al-Kisa’i
Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan ‘Ali bin Hamzah al-Kisa’i al-Nahwi. Berdasarkan nasabnya, beliau termasuk keturunan Persia.
Imam Ali bin Hamzah Al-Kisa’i menjadi Imam Qira’at di Kufah setelah Imam Hamzah al-Zayyat wafat. Beliau juga belajar bacaan Al-Qur’an langsung kepada Imam Hamzah al-Zayyat.
Imam al-Kisa’i dikenal sebagai pakar nahwu dan bahasa Arab. Hal tersebut pernah disampaikan oleh Imam al-Syafi’i.
Dua perawi qira’at beliau yang paling mahsyur adalah Abu al-Harits dan al-Duri.
Alasan Mengapa Qira’at Sabah Berjumlah 7
Pada kala itu, ada banyak imam qira’at yang kompeten. Namun, mengapa hanya ada tujuh imam qira’at yang terpilih?
Ada dua alasan yang dapat menjawab asalan mengapa imam qira’at hanya berjumlah tujuh. Penasaran? Berikut ini adalah alasan imam qira’at berjumlah tujuh menurut pendapat Imam Makki bin Abi Thalib dalam kitab Al-Ibanah ‘an Ma’ni al-Qira’at.
1. Terinsipirasi dari Jumlah Mushaf yang Dikirimkan ke Tujuh Negara Islam
Alasan pertama mengapa hanya ada 7 imam qira’at karena hal tersebut terinspirasi dari jumlah mushaf yang dikirimkan ke tujuh negara Islam.
Pada masa Utsman, penulisan mashaf berjumlah tujuh naskah. Kemudian, naskah tersebut dikirimkan ke tujuh negara Islam. Oleh karena itulah, jumlah ahli qira’at sesuai dengan jumlah mushaf tersebut.
Pendapat ini diperkuat oleh Ibnu Hatim as-Sijistani. Beliau mengatakan jika mushaf yang ditulis oleh Utsman berjumlah tujuh naskah dan dikirim ke beberapa negara seperti Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan disimpan di Madinah sebagai dokumentasi.
2. Didasarkan pada Jumlah Huruf yang Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
Alasan kedua dari pemilihan tujuh imam qira’at karena didasarkan pada jumlah huruf yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Meskipun pada hakikatnya, para perawi dan ahli qira’at melebihi jumlah tersebut bahkan tidak terhitung.
Alasan yang diberikan oleh Makki bin Abi Thalib ini diperkuat oleh hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab, bahwa Al-Qur’an diturunkan atas tujuh huruf.
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ قَالَ: حَدَّثَنَا الحَسَنُ بْنُ مُوسَى قَالَ: حَدَّثَنَا شَيْبَانُ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ، عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، قَالَ: لَقِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِبْرِيلَ، فَقَالَ: يَا جِبْرِيلُ إِنِّي بُعِثْتُ إِلَى أُمَّةٍ أُمِّيِّينَ: مِنْهُمُ العَجُوزُ، وَالشَّيْخُ الكَبِيرُ، وَالغُلَامُ، وَالجَارِيَةُ، وَالرَّجُلُ الَّذِي لَمْ يَقْرَأْ كِتَابًا قَطُّ، قَالَ: يَا مُحَمَّدُ إِنَّ القُرْآنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ. رواه الترمذي.
Artinya : “Ubay bin Ka’ab menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Jibril. Beliau menyampaikan: “Wahai Jibril, sesungguhnya aku diutus kepada umat yang ummi; sebagian mereka orang tua renta, orang yang sudah berumur, anak kecil, budak, dan orang yang tidak bisa membaca tulisan sama sekali.” Jibril pun menjawab: “Wahai Muhammad, sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan atas tujuh huruf.” (HR Turmudzi)
Pernyataan Makki bin Abi Thalib mengenai alasan terdapat tujuh imam qira’at juga dibenarkan oleh al-Sakhawi. Beliau mengatakan jika Ibnu Mujahid berpandangan bahwa pemilihan tujuh imam ini disebabkan karena terinspirasi dari jumlah mushaf yang dikirim ke Utsman dan sabda Nabi yang artinya “Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh huruf.”
Namun, Syaikh Manna’ al-Qaththan memiliki pendapat yang berbeda. Beliau mengatakan jika pemilihan tujuh imam qira’at ini hanya kebetulan dan tidak disengaja.
Ibnu Mujahid menetapkan ketentuan pada dirinya agar tidak meriwayatkan sebuah bacaan kecuali dari para imam yang dikenal kredibilitasnya, amanah, panjang umurnya (lama berkecimpung dalam ilmu qira’at), dan para ulama sepakat untuk mengambil riwayatnya dan talaqqi kepadanya. Sedangkan kriteri-kriteria tersebut tidak dijumpai kecuali pada tujuh imam qira’at tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan tujuh imam qira’at atau qira’at sabah tidak hanya terinspirasi dari jumlah mushaf dan hadis Nabi tentang tujuh huruf semata. Akan tetapi, pemilihan imam qira’at tersebut didasarkan pada kriteria tertentu yang diterima oleh mayoritas ulama. Beberapa diantaranya adalah seorang perawi harus memiliki kredibilitas, tsiqah, amanah, agamis, sempurna ilmunya, panjang umurnya, mahsyur ketokohannya, dan disepakati keadilannya.
Imam al-Syatibi mengatakan bahwa tujuh imam qira’at yang dipilih karena keutamaan ilmu, amalannya, dan kezuhudannya. Beliau menambahkan bahwa ketujuh imam qira’at tersebut tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai sarana untuk mencari harta.
Belakangan ini muncul anggapan bahwa tujuh imam qira’at merupakan representasi dari ahruf sabah (tujuh huruf). Anggapan tersebut merupakan anggapan yang keliru dan tidak memiliki dasar yang kuat.
Oleh karena itulah, beberapa ulama menulis sebuah karya dengan imam qira’at yang jumlahnya lebih dari tujuh. Beberapa ulama menulis qira’at tsaman (delapan) dan beberapa lainnya menulis qira’at asyrah (sepuluh).
Imam al-Jazari mengatakan bahwa penulisan karya dengan imam qira’at yang lebih dari tujuh tersebut bertujuan untuk meredam anggapan di atas.
Penutup
Demikian penjelasan mengenai makna qira’at sabah dan alasan mengapa qira’at sabah berjumlah 7. Semoga informasi di atas dapat menambah wawasan Islam Anda, ya.
Travel Umroh Jakarta merupakan biro perjalanan umroh terpercaya yang sudah berdiri sejak 2003. Kepuasan para jamaah merupakan prioritas utama dari Rawda Umroh. Memiliki izin resmi dari Kementerian Agama, Rawda Travel siap mengantarkan Anda untuk menunaikan ibadah ke Tanah Suci Mekkah. Temukan berbagai paket umroh di Rawda Travel, seperti Paket Umroh Plus Turki. Anda bisa menunaikan ibadah umroh sekaligus berlibur ke Turki.