Informasi lengkap seputar sejarah Hajar Aswad yang penting untuk umat muslim mengetahuinya. Hajar Aswad memiliki makna penting dalam pelaksanaan ibadah umrah dan haji. Sebagai titik awal dan akhir tawaf, hampir semua umat Muslim yang beribadah ke Tanah Suci memiliki keinginan untuk menyentuh atau mencium Hajar Aswad. Batu hitam ini berada di salah satu sudut Ka’bah, tepatnya di sebelah tenggara.
Keinginan untuk menyentuh atau mencium Hajar Aswad menjadi bagian dari ritual yang sangat dihormati, karena diyakini bahwa hal tersebut merupakan bentuk penghormatan dan pengabdian kepada Allah SWT. Selain itu, Hajar Aswad juga memiliki nilai historis dan spiritual yang mendalam, mengingat peranannya dalam sejarah pembangunan Ka’bah oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.
Baca Juga: Tips dan Trik Bagi Calon Jemaah Haji dan Umroh agar Terhindar dari Hipertensi
Bentuk dan Keunikan Hajar Aswad
Hajar Aswad berbentuk seperti telur dengan warna hitam kemerah-merahan. Terdapat 30 titik merah dan kuning di dalamnya, serta dibingkai dengan perak setebal 10 cm yang dibuat oleh Abdullah bin Zubair, seorang sahabat Rasulullah SAW. Bentuk dan warna Hajar Aswad yang unik menambah keistimewaannya sebagai salah satu artefak suci dalam Islam.
Titik-titik merah dan kuning yang ada di dalam batu ini memberikan kesan estetis yang luar biasa, sementara bingkai perak yang mengelilinginya menambah nilai historis dan artistik dari batu ini. Abdullah bin Zubair, yang memasang bingkai perak tersebut, adalah salah satu sahabat Nabi yang dikenal karena ketakwaan dan dedikasinya terhadap Islam. Penambahan bingkai perak ini dilakukan untuk melindungi dan menjaga keutuhan Hajar Aswad dari kerusakan seiring berjalannya waktu.
Sejarah Hajar Aswad
Dalam buku “Sejarah Ka’bah” karya Prof. Dr. Ali Husni Al-Kharbuthli, disebutkan bahwa Hajar Aswad adalah batu terakhir yang digunakan Nabi Ibrahim untuk menyempurnakan bangunan Ka’bah. Batu ini diberikan oleh malaikat Jibril AS. Sejarah ini menggambarkan bagaimana Hajar Aswad memiliki kedudukan istimewa dalam pembangunan Ka’bah, yang merupakan rumah ibadah pertama yang dibangun untuk umat manusia. Menurut Imam Ath-Thabari, saat itu Nabi Ismail ingin menyempurnakan Ka’bah dengan sebuah batu, namun Nabi Ibrahim berkata agar Ismail mencari batu yang sesuai perintahnya.
Ketika Ismail kembali, Nabi Ibrahim sudah meletakkan Hajar Aswad, dan Nabi Ismail bertanya dari mana asal batu tersebut. Nabi Ibrahim menjawab bahwa batu itu dibawa oleh Jibril dari langit. Peristiwa ini menunjukkan betapa pentingnya Hajar Aswad dalam ritual keagamaan, karena batu ini tidak hanya dipilih oleh Nabi Ibrahim tetapi juga diberikan oleh malaikat Jibril, yang merupakan utusan Allah SWT.
Muslim H. Nasution dalam bukunya “Tapak Sejarah Seputar Makkah-Madinah” menyebutkan bahwa Hajar Aswad bukan berasal dari bumi, melainkan dari surga, berdasarkan hadits Rasulullah SAW yang menyatakan: “Hajar Aswad adalah batu dari batu-batuan surga.” (HR At-Tirmidzi). Hal ini menunjukkan bahwa Hajar Aswad memiliki asal-usul yang luar biasa dan tidak bisa disamakan dengan batu-batu biasa yang ada di bumi. Awalnya, Hajar Aswad berwarna putih, namun berubah menjadi hitam kemerah-merahan karena dosa-dosa manusia.
Proses perubahan warna ini memiliki makna simbolis yang mendalam, menggambarkan bagaimana dosa-dosa manusia dapat mempengaruhi sesuatu yang suci dan murni. Hajar Aswad yang awalnya putih menunjukkan kemurnian dan kebersihan, namun perubahan warnanya menjadi hitam kemerah-merahan mencerminkan dampak dari perbuatan manusia yang tidak sesuai dengan ajaran Allah SWT.
Baca Juga: Apa Hikmah Dibalik Melaksanakan Umrah? Ini Jawabannya
Makna Hajar Aswad bagi Umat Islam
Makna Hajar Aswad dapat dilihat dari keutamaan-keutamaan yang dimilikinya. Berikut beberapa di antaranya:
1. Tangan Kanan Allah di Muka Bumi
Hajar Aswad dipercayai sebagai tangan kanan Allah SWT di muka bumi yang bisa disalami oleh hamba-Nya. Rasulullah SAW pernah berkata: “Hajar Aswad adalah tangan kanan Allah di bumi.” (HR Dailami). Kepercayaan ini menunjukkan betapa dekatnya hubungan antara Hajar Aswad dan Allah SWT. Dengan menyentuh atau mencium Hajar Aswad, umat Islam merasa seolah-olah mereka sedang menyentuh tangan Allah, yang merupakan simbol dari pengampunan dan kasih sayang-Nya. Ini memberikan perasaan kedekatan dan hubungan spiritual yang mendalam antara seorang hamba dan Tuhannya, yang sangat diinginkan oleh setiap Muslim.
2. Bagian dari Batu Yaqut Surga
Hajar Aswad diyakini sebagai bagian dari batu yaqut surga. Abdullah bin Amr bin Ash RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim merupakan dua batu yakut dari surga. Jika Allah tidak menghapus cahayanya, kedua batu itu akan menerangi Timur dan Barat.” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban).
Pernyataan ini menegaskan bahwa Hajar Aswad bukanlah sekadar batu biasa, melainkan memiliki asal-usul yang sangat mulia. Batu yaqut dari surga ini diyakini memiliki cahaya yang sangat terang, yang jika tidak dihapus oleh Allah, akan mampu menerangi seluruh dunia. Hal ini menunjukkan betapa luar biasanya keagungan Hajar Aswad dan bagaimana batu ini memiliki tempat yang istimewa dalam hati setiap Muslim.
3. Batu yang Dicium Rasulullah SAW
Hajar Aswad memiliki keistimewaan karena Rasulullah SAW pernah menciumnya ketika tawaf di Baitullah. Umar bin Khattab berkata: “Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan mudharat atau manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah SAW menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” (HR Muslim).
Tindakan Rasulullah SAW ini menjadi contoh bagi umat Islam, bahwa mencium Hajar Aswad adalah bagian dari mengikuti sunnah Nabi. Meskipun Umar bin Khattab menyadari bahwa Hajar Aswad adalah batu yang tidak memiliki kekuatan gaib, ia tetap menciumnya karena Rasulullah SAW pernah melakukannya. Ini menunjukkan betapa pentingnya mengikuti tindakan dan ajaran Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari seorang Muslim.
4. Menjadi Saksi di Hari Kiamat
Hajar Aswad kelak akan menjadi saksi di hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Hajar Aswad memiliki lidah dan bibir yang dapat memberikan kesaksian terhadap orang yang mencium atau menyentuhnya pada hari Kiamat dengan jujur.” (Shahih Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Sunan Ibnu Majah).
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Hajar Aswad bukan hanya sekadar batu, tetapi memiliki kemampuan untuk memberikan kesaksian pada hari kiamat. Batu ini akan memberikan kesaksian tentang siapa saja yang pernah menyentuh atau menciumnya dengan niat yang tulus dan ikhlas. Ini menambah makna spiritual dari Hajar Aswad, karena menjadi bagian dari bukti keimanan dan kesetiaan seorang Muslim kepada Allah SWT.
Demikianlah sejarah dan makna Hajar Aswad sebagai batu yang berada di sudut Ka’bah dan diyakini berasal dari surga. Wallahu ‘alam.
Sebagai agen biro perjalanan umroh Jakarta, Rawda Travel menawarkan berbagai pilihan paket untuk Anda, termasuk paket umroh hemat dan paket umroh plus Turki. Rawda Umroh telah memiliki izin resmi dan melayani berbagai jamaah dari seluruh Indonesia. Testimoni positif yang diterima oleh Rawda adalah bukti dari kepercayaan dan kualitas layanan yang diberikan kepada masyarakat.
Baca Juga: Kisah Haji Wada, Haji Perpisahan Serta Pesan Terakhir Rasulullah SAW Kepada Umat