Inilah informasi lengkap mengenai kisah Haji Wada, sebagai haji terakhir Rasulullah SAW. Haji Wada adalah momen penting dan bersejarah dalam sejarah Islam. Peristiwa ini menandai puncak dari misi kerasulan Nabi Muhammad SAW, yang telah berlangsung selama lebih dari dua puluh tahun. Saat haji ini, Rasulullah SAW memberikan khutbah yang dikenal sebagai Khutbah Wada, yang berisi pesan-pesan penting bagi umat Islam dan pedoman hidup yang abadi.
Haji Wada juga dikenal sebagai titik terakhir pewahyuan ayat-ayat Al-Qur’an sebelum wafatnya Rasul terakhir Allah, Nabi Muhammad SAW. Dalam momen yang penuh makna ini, Allah menyampaikan wahyu terakhir yang melengkapi ajaran-ajaran-Nya kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, Haji Wada bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga simbol kesempurnaan agama Islam yang telah disempurnakan melalui wahyu Ilahi.
Kata “wada” berasal dari bahasa Arab yang berarti perpisahan, dan disebut demikian karena ini adalah satu-satunya haji yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sebelum wafatnya. Haji ini dihadiri oleh ribuan kaum Muslimin yang datang dari berbagai penjuru, untuk mendengarkan langsung nasihat dan petunjuk dari Rasulullah SAW. Momen ini menjadi kesempatan terakhir bagi umat Islam untuk melihat dan mendengar Nabi mereka secara langsung, menjadikannya salah satu peristiwa paling emosional dan berkesan dalam sejarah Islam.
Perjalanan Haji Wada
Dalam buku “Dua Pedang Pembela Nabi SAW” oleh Rizem Aizid, disebutkan bahwa Haji Wada diikuti oleh sekitar 90.000 jamaah haji dari berbagai wilayah. Mereka datang ke Madinah setelah Rasulullah SAW mengumumkan niatnya untuk menunaikan haji yang mabrur. Jumlah jamaah haji yang bergabung dalam perjalanan menuju Mekkah bertambah hingga mencapai 114.000 orang. Sebelum berangkat, Rasulullah mempercayakan pemerintahan kota Madinah kepada Abu Dujanah As-Sa’idi atau Siba’ bin Urfujah Al-Ghifari.
Perjalanan Haji Wada dimulai pada hari Sabtu, 25 Dzulqa’dah 10 Hijriyah atau 22 Februari 632 Masehi. Saat sampai di Padang Arafah, Rasulullah SAW menyampaikan khutbah di atas untanya, yang kemudian dikenal sebagai khutbah terakhir Sang Rasul. Menurut Moenawar Khalil dalam bukunya “Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Volume 2”, ketika Rasulullah dan kaum muslimin tiba di Dzulhulaifah, mereka mengganti pakaian dengan izar dan rida yang sederhana, yang kemudian dikenal sebagai pakaian ihram.
Rasulullah memerintahkan kaum muslimin untuk membaca talbiyah:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ
Arab latin: Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika lak.
Artinya: “Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya pujian dan kenikmatan hanya milik-Mu, dan kerajaan hanyalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.”
Baca Juga: Apa Hikmah Dibalik Melaksanakan Umrah? Ini Jawabannya
Khutbah Terakhir di Padang Arafah
Saat mencapai Padang Arafah, Rasulullah SAW menyampaikan khutbah yang sangat penting, yang dikenal sebagai khutbah terakhir beliau. Dalam khutbah ini, Rasulullah menekankan banyak hal penting kepada umat Islam. Beliau berbicara tentang hak-hak manusia, larangan berbuat zalim, dan pentingnya persaudaraan dalam Islam. Salah satu pesan beliau adalah:
“Wahai manusia, sesungguhnya darah dan harta kalian adalah suci, sebagaimana sucinya hari ini, bulan ini, dan negeri ini. Ingatlah, kalian akan menemui Tuhan kalian, dan Dia akan bertanya tentang perbuatan kalian. Janganlah kalian kembali menjadi kafir sepeninggalku dengan saling membunuh satu sama lain. Ingatlah, hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, mungkin saja yang disampaikan itu lebih memahaminya daripada sebagian yang mendengar langsung.”
Rasulullah juga menekankan pentingnya memperlakukan wanita dengan baik dan mengingatkan umat Islam bahwa mereka semua bersaudara. Beliau menutup khutbah dengan mengingatkan umat untuk senantiasa berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai petunjuk hidup mereka.
Wafatnya Nabi Muhammad SAW
Rasulullah SAW wafat pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun 11 Hijriyah, bertepatan dengan tiga bulan setelah melaksanakan Haji Wada. Abu Bakar ash-Shiddiq kemudian berpidato kepada kaum muslimin, mengingatkan mereka untuk tetap teguh menyembah Allah SWT. Abu Bakar berkata, “Barangsiapa menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat. Namun, barangsiapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Dia Maha Hidup dan tidak akan pernah mati.” Beliau juga membacakan Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 144 tentang Nabi Muhammad sebagai manusia biasa yang mendapatkan mukjizat dan merupakan utusan Allah.
وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ
Artinya: “Nabi Muhammad hanyalah seorang rasul. Sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
Berita wafatnya Rasulullah SAW menimbulkan kepanikan di kalangan umat Islam. Namun, khutbah Abu Bakar mengembalikan ketenangan mereka. Umar bin Khattab berkata, “Demi Allah, setelah mendengar Abu Bakar membacakan ayat tersebut, aku menjadi linglung hingga aku tak kuasa mengangkat kedua kakiku dan terduduk di tanah. Kini, aku sadar bahwa Nabi Muhammad SAW telah meninggal dunia.”
Haji Pertama dan Terakhir Rasulullah
Dalam buku “Hari-hari Allah SWT” oleh Syaikh Hanafi Al-Mahlawi, dijelaskan bahwa Haji Wada juga dikenal sebagai Haji Ta’lim, Talqin, dan Bayan. Sebelumnya, Nabi Muhammad belum pernah melakukan Haji Akbar, meskipun beliau menunaikan umrah sebanyak empat kali. Dalam “Biografi Rasulullah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-sumber yang Otentik” oleh Mahdi Rizqullah Ahmad, Anis Maftukhin, dan Yessi HM. Basyaruddin, disebutkan bahwa Rasulullah hanya melakukan haji dari Madinah pada tahun ke-10 Hijriyah. Haji ini dikenal sebagai Haji Balagh (penyampaian dakwah Allah), Haji Islam (penyerahan diri), dan Haji Wada (perpisahan).
Selama Haji Wada, Rasulullah berkhutbah tentang ajaran-ajaran Allah kepada umatnya. Allah menurunkan surat Al-Maidah ayat 3 saat beliau menyampaikan kewajiban berhaji: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.”
Baca Juga: Tips dan Trik Bagi Calon Jemaah Haji dan Umroh agar Terhindar dari Hipertensi
Pesan Khutbah Terakhir Rasulullah SAW
Dalam khutbah terakhirnya, Rasulullah SAW memberikan beberapa pesan penting yang menjadi pedoman bagi umat Islam hingga hari ini. Berikut adalah beberapa poin penting dari khutbah tersebut:
- Kesucian Darah dan Harta: Rasulullah menekankan bahwa darah dan harta setiap muslim adalah suci dan tidak boleh ditumpahkan atau diambil secara zalim.
- Persaudaraan Islam: Semua muslim adalah bersaudara, dan persaudaraan ini harus dijaga dengan baik. Tidak boleh ada pertumpahan darah atau permusuhan di antara mereka.
- Hak-hak Wanita: Rasulullah mengingatkan umat Islam untuk memperlakukan wanita dengan baik dan menghormati hak-hak mereka.
- Berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah: Rasulullah mengingatkan umatnya untuk selalu berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman hidup mereka.
Kesimpulan
Kisah Haji Wada adalah momen yang sangat penting dalam sejarah Islam. Ini adalah haji terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan diikuti oleh khutbah yang berisi pesan-pesan penting bagi umat Islam. Khutbah ini menjadi pedoman bagi umat Islam hingga hari ini, mengingatkan mereka tentang pentingnya menjaga persaudaraan, hak-hak manusia, dan berpegang teguh pada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Semoga kisah ini menjadi teladan dan inspirasi bagi seluruh umat Muslim di dunia.
Sebagai agen biro perjalanan umroh Jakarta, Rawda Travel menawarkan berbagai pilihan paket untuk Anda, termasuk paket umroh hemat dan paket umroh plus Turki. Rawda Umroh telah memiliki izin resmi dan melayani berbagai jamaah dari seluruh Indonesia. Testimoni positif yang diterima oleh Rawda adalah bukti dari kepercayaan dan kualitas layanan yang diberikan kepada masyarakat.
Baca Juga: Berikut 12 Daftar Lengkap Tempat Bersejarah di Mekah dan Madinah